BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
selain diciptakan sebagai ‘abdullah ia juga diutus sebagai khalifatullah
yang notabene adalah tujuannya untuk menjadi pemimpin di dunia beserta isinya
ini sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah, baik itu yang
tersurat dalam Al Qur’an dan Al Hadits mupun yang tersirat dalam Sunnatullah
(fenomena alam). Dengan kata lain dalam Islam harus ada keserasian antara imtaq
yang berorientasi kepada ‘abdullah yaitu zikir dan iptek yang berorientasi
kepada khalifatullah yaitu fikir.
Islam
merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Banyak
disebutkan dalam Al Qur’an ayat-ayat yang menganjurkan manusia untuk senantiasa
mencari ilmu. Allah senantiasa meninggikan derajat orang-orang yang berilmu,
sebagaimana telah dijelaskan dalam surat al-Mujadalah.
.........يرفع الله الذين ءامنوا
منكم والذين أوتو العلم درجات (المجادلة : 11)
Yang
terpenting adalah ilmu itu tujuannya tidak boleh keluar dari nilai-nilai islami
yang sudah pasti nilai-nilai tersebut membawa kepada kemaslahatan manusia.
Seluruh ilmu, baik ilmu-ilmu teologi maupun ilmu-ilmu kealaman merupakan alat
untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan selama memerankan peranan ini, maka
ilmu itu suci.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan konsekuensi dari konsep ilmu dalam Al
Qur’an yang menyatakan bahwa hakikat ilmu itu adalah menemukan sesuatu yang
baru bagi masyarakat, artinya penemuan sesuatu yang sebelumnya tidak
diketahui orang. Dijelaskan dalam surat al-'alaq.
علّم الإنسان مالم يعلم (العلق : 5)
Jadi pada
hakikatnya umat Islamlah yang paling berkewajiban untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sebagai tanda ketaatannya terhadap Allah SWT.
Namun satu
fenomena yang paling memilukan yang dialami umat Islam seluruh dunia saat ini
adalah ketertinggalan dalam persoalan iptek, padahal untuk kebutuhan
kontemporer kehadiran iptek merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar,
terlebih-lebih iptek dapat membantu dan mempermudah manusia dalam memahami (mema’rifati)
kekuasaan Allah dan melaksanakan tugas kekhalifahan.
Realitas
tersebut sebenarnya tidak akan terjadi jika umat Islam kembali kepada ajaran
Islam yang hakiki. Untuk itulah sudah saatnya umat Islam bangkit untuk mengejar
ketertinggalannya dalam hal iptek, karena sebenarnya dalam sejarah dijelaskan
bahwa umat Islam pernah memegang kendali dalam dunia intelektual, jadi sangat
mungkin jika saat ini umat Islam bangkit dan meraih kembali kejayaan Islam
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Konsep Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam
Islam
2. Bagaimana Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal
3. Apa Saja Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal
1.3
Ruang Lingkup
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dizaman
sekarang ini sudah sangat pesat, Iptek sudah dikembangkan dimana-mana bahkan
Islam sendiri memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan untuk
itulah seluruh umat islam dituntut agar selalu mengambangkan pengetahuan tidak
hanya dalam ruang lingkup keislaman saja tetapi juga dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tentunya berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits.
1.4 Tujuan Makalah
1. Menambah
wawasan bagi para pembaca tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Islam.
2. Memotivasi
agar Umat Islam dapat mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
3.
Menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI).
4. Melatih
Penulis agar dapat menyelesaikan tugas makalah dengan sebaik-baiknya.
BAB II
ISI
2.1 Konsep Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Islam
Untuk memperjelas,
akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu pengetahuan (sains) adalah
pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut
metode ilmiah (scientific method) .Sedang teknologi adalah pengetahuan dan
keterampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran
untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.Peran Islam dalam
perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar
pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya.
Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam.
Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan
syariah Islam.
Sudah
menjadi pemikiran yang umum bahwasanya agama yang identik dengan kesakralan dan
stagnasi tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan ipteks yang notabene
selalu berkembang dengan pesat. Namun pemikiran ini tidak berlaku lagi ketika
agama tidak hanya dilihat dari ritualitas-ritualitas belaka namun juga melihat
nilai-nilai spiritualitas yang hakiki.
Menurut
Harun Nasution, tidak tepat anggapan yang mengatakan bahwa semua ajaran agama
bersifat mutlak benar dan kekal. disamping ajaran-ajaran yang bersifat absolut benar dan kekal itu terdapat ajaran-ajaran yang
bersifat relatif dan nisbi, yaitu yang dapat berubah dan boleh diubah. Dalam
konteks Islam, agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, memang terdapat dua
kelompok ajaran tersebut, yaitu ajaran dasar dan ajaran dalam bentuk penafsiran
dan penjelasan tentang perincian dan pelaksanaan ajaran-ajaran dasar itu.
Allah SWT.
menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus untuk tiap ciptaan itu
sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh Allah dalam bentuk cair mendidih
bila dipanaskan 100 C pada tekanan udara normal dan menjadi es bila didinginkan
sampai 0 C. Ciri-ciri seperti itu sudah lekat pada air sejak air itu diciptakan
dan manusia secara bertahap memahami ciri-ciri tersebut. Karakteristik yang
melekat pada suatu ciptaan itulah yang dinamakan “sunnatullah”. Dari Al Qur’an
dapat diketahui banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk
memperhatikan alam semesta, mengkaji dan meneliti ciptaan Allah. Disinilah
sesungguhnya hakikat Iptek dari sudut pandang Islam yaitu pengkajian terhadap
sunnatullah secara obyektif, memberi kemaslahatan kepada umat manusia, dan yang
terpenting adalah harus sejalan dengan nilai-nilai keislaman.
Allah SWT.
secara bijaksana telah memberikan isyarat tentang ilmu, baik dalam bentuk
uraian maupun dalam bentuk kejadian, seperti kasus mu’jizat para Rasul. Manusia
yang berusaha meningkatkan daya keilmuannya mampu menangkap dan mengembangkan
potensi itu, sehingga teknologi Ilahiyah yang transenden ditransformasikan
menjadi teknologi manusia yang imanen.
Studi Al
Qur’an dan Sunnah menunjukkan bahwa karena dua alasan fundamental, Islam
mengakui signifikansi sains:
1.
Peranan sains dalam mengenal Tuhan
2.
Peranan sains dalam stabilitas dan
pengembangan masyarakat Islam
Dari sini
dapat dilihat bahwa dalam Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan
sebagai sarana untuk mengenal Allah dan juga untuk melaksanakan perintah Allah
sebagai khalifatullah fil Ard sehingga sains tersebut harus membawa
kemaslahatan kepada umat manusia umumnya dan umat Islam khususnya.
Melihat
banyaknya jenis bentuk seni yang ada, maka ulama berbeda pendapat dalam memberi
penilaian. Dalam hal menyanyi adan alat musik saja jumhur mengatakan haram
namun Abu Mansyur al Baghdadi menyatakan:"Abdullah bin Ja'far berpendapat
bahwa menyanyi dan alat musik itu tidak masalah. Dia sendiri pernah menciptakan
sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan.
Namun
menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati menyatakan
bahwa seniman dan budayawan bebas melukiskan apa saja selama karyanya tersebut
dinilai sebagai bernafaskan Islam.
Melihat
berkembangnya seni yang ada penulis memandang pendapat Quraish Shihab
lebih araif dalam menyikapi perkembangan zaman yang mana kebutuhan masa kini
tentu saja lebih komplek sifatnya dibandingkan dengan kebutuhan pada masa awal
Islam.
2.2 Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal
Dalam
pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu sistem yang
disebut dinul islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah,
syari’ah dan akhlak, dengan kata lain Iman, Ilmu dan Amal Shaleh. Sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran yang artinya :
“Tidakkah
kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg baik (Dinul Islam)
seperti sebatang pohon yg baik,akarnya kokoh(menghujam ke bumi) dan cabangnya
menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan – perumpamaan itu agar manusia selalu
ingat" ( QS : 14 ;24-25).
Ayat diatas
mengindentikkan bahwa Iman
adalah akar,Ilmu adalah pohon yang mengeluarkan dahan dan cabang-cabang
ilmu pengetahuan.Sedangkan Amal ibarat buah dari pohon itu identik
dengan teknologi dan seni. Ipteks dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu
akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam.
Islam adalah
agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan yang paripurna. Keparipurnaannya terletak
pada tiga aspek yaitu : aspek Aqidah, aspek ibadah dan aspek akhlak. Meskipun
diakui aspek pertama sangat menentukan,tanpaintegritas kedua aspek berikutnya
dalam perilaku kehidupan muslim, maka makna realitas kesempurnaan Islam menjadi
kurang utuh, bahkan diduga keras akan mengakibatkan degradasi keimanan pada
diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim adalah
perlambang batinnya.
Keutuhan
ketiga aspek tersebut dalam pribadi Muslim sekaligus merealisasikan tujuan
Islam sebagai agama pembawa kedamaian, ketentraman dan keselamatan. Sebaliknya
pengabaian salah satu aspek akan mengakibatkan kerusakan dan kehancuran
Agama (Iman) berfungsi untuk memberikan arah
bagi seorang ilmuwan untuk mengamalkan Ilmunya.
Dengan didasari oleh keimanan yang kuat, pengembangan ilmu dan teknologi akan
selalu dapat dikontrol beradapada jalur yang benar. Sebaliknya, tampa dasar
keimanan ilmu dan teknologi dapat disalahgunakan sehingga mengakibatkan kehancuran
orang lain dan lingkungan (Syauqi Fian 2012).
Dalam islam,
antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama
islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama
islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak.
Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman
berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal
berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.
Akidah
merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat menentukan
sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah
sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman, yaitu
iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul
Allah, hari qiamat, dan takdir.
Meskipun hal
yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan
amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim
menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada
diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan
batinnya.
2.3 Keutamaan Orang Berilmu
Begitu
banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan orang-orang
yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak berilmu. Pepatah mengatakan bahwa ilmu
lebih utama dari pada harta karena ilmu akan menjaga pemiliknya sedangkan
harta, pemiliknyalah yang harus menjaganya. Dan sesungguhnya, iman seseorang
kepada Allah dan hari akhir itu haruslah dibangun di atas ilmu. Tidak mungkin
seseorang dapat memiliki iman kepada hal-hal tersebut tanpanya. Tanpa ilmu,
seseorang hanya akan beragama tanpa memiliki dasar yang kuat dan hanya
ikut-ikutan saja. Akhirnya imannya akan mudah goyah oleh syubhat-syubhat yang
kini begitu merajalela. Di bawah ini adalah beberapa keutamaan orang-orang yang
berilmu:
·
Dalam surat Al-Mujadalah Allah
subhaanahu wa ta’ala berfirman:“…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…”
(Al-Mujaadalah: 11).
·
Rasulullah pernah bersabda:
“Keutamaan Orang Alim atas ahli ibadah adalah seperti
keutamaanku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.”
(HR. Ad Dailami).
·
Beliau juga bersabda dalam sabdanya
yang lain: “Ulama adalah pewaris para nabi.”
(HR At-Tirmidzi).
·
Dalam hadits-hadits beliau,
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam tidak pernah meminta kepada Allah
untuk ditambahkan kepada beliau kecuali ilmu. Seandainya ada sesuatu yang lebih
utama dari ilmu, pastilah beliau akan mengajarkan ummatnya untuk meminta hal
tersebut.
·
Selain itu, dalam surah Az-Zumar: 9
dan Al-Hasyr: 20, Allah membandingkan antara orang yang mengetahui dengan orang
yang tidak mengetahui dan ahli surga dengan ahli neraka dengan redaksi yang mirip.
Hal ini menunjukkan bahwa beda derajat orang yang berilmu dengan orang yang
tidak berilmu adalah sama dengan beda derajat ahli surga dengan ahli neraka.
·
Dalam surah Al-Mulk Allah berfirman
“Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang lebih baik
amalnya…” (Al-Mulk: 2). Ulama menjelaskan bahwa maksud dari ahsanu amalan
adalah yang paling ikhlas dan yang benar, yakni sesuai dengan tuntunan
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Bagaimana mungkin kita dapat meraih
hal ini tanpa ilmu?
·
Tidurnya orang yang berilmu lebih
ditakuti daripada sholatnya orang yang tidak berilmu. Hal ini bisa terjadi
karena tidurnya orang yang berilmu pastilah bertujuan untuk istirahat agar dia
mampu beribadah lagi kemudian. Selain itu, orang yang mengamalkan ilmunya akan
tidur dengan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah di dalamnya sehingga tidurnya
tersebut akan bernilai ibadah. Sedangkan, ibadahnya orang yang bodoh akan rawan
terhadap bid’ah dan justru menjadikan syetan menyukainya.
·
“Sesungguhnya para Nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang
banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
·
Imam Syafi’i pernah berkata:
menuntut ilmu lebih afdhol daripada shalat nafil (shalat tahajjud).
·
Imam Bukhari berkata: “Ilmu itu
sebelum berkata dan beramal”.
2.4 Tanggung Jawab Para Ilmuan Terhadap Alam
Alam dan lingkungan merupakan ciptaan Allah SWT yang disediakan
untuk makhluknya. Manusia sebagai khalifah di muka bumi bertugas untuk
mengelola dan mengeksploitasi demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam rangka
eksploitasi tersebut, tentu harus diimbangi dengan usaha agar kelestarian alam
dan lingkungan tetap terjaga (keseimbangan ekosistem).
Dewasa ini perkembangan ekonomi yang diikuti industrialisasi dan
perkembangan IPTEK, membuat manusia serakah dalam eksploitasi alam hanya demi
kepentingan ekonomi semata tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
Akibatnya kerusakan alam baik di darat, di udara maupun di lautan tak dapat
dihindari. Seperti firman Allah SWT :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar
Ruum: 41).
Sebagian besar kerusakan tersebut disebabkan oleh manusia. Manusia
yang melampaui batas, tidak bertanggung jawab dan tidak arif dalam mengelola
alam kurang bersyukur atas nikmat dan fasilitas yang diberikan oleh-Nya di
dunia ini. Lantas bermacam-macam kerusakan alam dan lingkungan tersebut, sudah
sepantasnya menjadi tanggung jawab kita bersama agar anak cucu kita masih bisa
menikmati bumi dan segala isinya digenerasi mendatang.
Di antara pihak berkompeten dan terkait yang punya tanggung jawab
dalam masalah tersebut adalah ilmuwan. Mengingat mereka adalah golongan yang
punya kelebihan dalam ilmu pengetahuan di masing-masing bidang, yang sudah
seharusnya menerapkan apa yang ia peroleh. Karena seperti sabda Nabi Muhammad
SAW :
“ Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat bagi
manusia lainnya”.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah
Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga
bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh
syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
diharamkan syariah Islam.
Iman adalah
akar,Ilmu adalah pohon yang
mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan.Sedangkan Amal ibarat buah dari pohon itu
identik dengan teknologi dan seni. Ipteks dikembangkan diatas nilai-nilai iman
dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam.
Pepatah mengatakan bahwa ilmu lebih utama daripada
harta karena ilmu akan menjaga pemiliknya sedangkan harta, pemiliknyalah yang
harus menjaganya. Dan sesungguhnya, iman seseorang kepada Allah dan hari akhir
itu haruslah dibangun di atas ilmu.
Alam dan lingkungan merupakan ciptaan
Allah SWT yang disediakan untuk makhluknya. Manusia sebagai khalifah di muka
bumi bertugas untuk mengelola
dan melestarikannya.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi kita semua. Kita sebagai umat Islam daharapkan
dapat mengembangkan wawasan keilmuan kita yang berlandaskan dengan
ajaran-ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits. Mengintegrasikan
iman, ilmu, dan amal kita agar kita dapat selamat didunia dan akhirat. Teruslah
menuntut ilmu karena Allah SWT menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang
yang berilmu.dan kita sebagai orang-orang yang berilmu mempunyai
0 Comments